Sebenarnya kawah ijen dapat anda kunjungi kapanpun sesuai dengan keinginan anda. Hanya saja ada beberapa periode waktu dimana objek wisata ini cukup ramai dikunjungi. Terutama saat liburan sekolah, bisa dipastikan jumlah pengunjung cukup membludak.
Dan bagi anda yang ingin menikmati pemandangan kawah ijen dengan santai, maka pada saat masa liburan bukanlah waktu yang tepat untuk datang. Selain itu ada waktu-waktu tertentu dimana sangat disarankan untuk mengunjungi kawah ijen, yaitu:
Bulan Desember – Januari
Di akhir bulan desember, intensitas kabut di puncak Gunung Ijen cenderung lebih tipis dibandingkan waktu-waktu lainnya. Sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan blue fire serta Danau Kawah Ijen yang begitu cantik mempesona tanpa harus terhalang kabut tebal. Hanya saja sayangnya, pada bulan Desember – Januari masih termasuk musim penghujan. Sehingga akan lebih baik jika anda membawa perbekalan cukup dan persiapan yang matang sebelum akan mendaki hingga ke puncak gunung.
Bulan Juli – September
Pada musim panas ini juga menjadi waktu favorit bagi pengunjung untuk mendaki Kawah Ijen. Tanpa turun hujan, permukaan tanah menjadi lebih kering dan memudahkan ketika pendakian. Dan tak hanya itu saja, sinar matahari juga jauh lebih cerah saat musim kemarau. Sehingga anda tak akan merasa terlalu kedinginan dengan hawa pegunungan Ijen.
Berbicara tentang berlibur di pegunungan pasti akan sangat mengasyikan. Itu artinya kita akan datang ketempat yang mempunyai hawa yang sejuk jauh dari hiruk perkotaan dan pastinya akan banyak pemandangan indah yang menunggu kita ditempat tersebut.
Di Indonesia sendiri, kita mengetahui jika banyak sekali gunung yang ada. Dari yang sudah aktif lagi sampai dengan gunung yang masih aktif sampai saat ini. Salah satu gunung yang masih aktif sampai saat ini adalah Gunung Ijen, tapi banyak orang yang menyebutnya dengan nama Kawah Ijen.
Pernahkah kamu pergi ke tempat Wisata dan Hotel di Ijen? Jika belum, kita harus tahu letaknya terlebih dahulu. Gunung Ijen sendiri berada pada 3 kabupaten yang ada di Jawa Timur yaitu Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
Dalam kawasan Gunung Ijen, sampai saat ini masih adanya pertambangan belerang yang menandakan jika Gunung Ijen ini masih dalam golongan gunung berapi yang masih aktif.
Jadi jangan heran jika kita akan menemui banyak sekali para penambang belerang yang berjalan dikawasan gunung tersebut. Mereka selalu membawa tumpukan belerang dalam karung dan membawanya kebawah sambil menuruni jalan yang curam dan pastinya berbahaya, terlebih dengan adanya banyak gas beracun di gunung tersebut.
Karena gunung ini masih sangat aktif, orang-orang yang tinggal dekat kawasan Gunung Ijen tersebut akan maklum jika dinas terkait menutup akses untuk menuju puncak gunung yang mempunyai tinggi 2.443 diatas permukaan laut tersebut. Walaupun begitu, kekhawatiran akan Gunung Ijen meletus ternyata tidak membuat serta merta warga ketakutan.
Mereka tetap saja bekerja seperti biasa untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka setiap hari.
Walaupun berbahaya, Kawah Ijen akan selalu menjadi tempat wisata yang indah bagi banyak wisatawan yang berlibur kesana. Buat mereka, Kawah Ijen adalah tempat wisata yang harus didatangi sebagai obyek wisata favorit karena mempunyai pemandangan yang eksotis.
Menurut yang dikatakan oleh orang banyak, Kawah Ijen tersebut adalah salah satu pusat kawah paling besar di dunia dimana dari gunung tersebut bisa memproduksi sampai dengan 36 juta meter kubik belerang.
Sebenarnya apa yang membuat Kawah Ijen begitu terkenal sampai manca negara? Itu karena penampakan Blue Fire yang bisa dilihat pada Kawah Ijen tersebut. Dimana akan terlihat warna biru dari kawah tersebut seakan-akan ada api yang sedang menyala. Untuk melihat penampakan blue fire sendiri harus pada jam-jam tertentu yaitu sekitar jam 2-4 dini hari.
Untuk bisa menuju ke kawasan Kawah Ijen ini memang terbilang sangat mudah. Tapi walaupun begitu, perjalanan dengan menggunakan kendaraan haruslah berhati-hati karena jalanan yang dilalui bisa saja licin. Untuk bisa ke tempat wisata ini setidaknya kita bisa memilih antara 2 pilihan yaitu melewati jalur utara dan jalur selatan.
Jika kamu memang ingin mengambil jalur utara, kita akan mulai dari Kota Situbondo yang akan menju ke arah Sempol yang berada di Bondowoso.
Dan kemudian kita bisa lanjutkan menuju Wonosari dan langsung arahkan kendaraan kita lanjut ke Paltuding. Dengan berangkat dari Sitobondo sampai dengan Paltuding, perkiraan jarak tempuh adalah 93 km dimana artinya kita harus berkendara selama 2-3 jam dijalan.
Karena kita melewati Bondowoso, kita bisa beristirahat terlebih dahulu di perkebunan kopi arabica. Disini kita akan menemui wilayah agrowisata dan bisa berkeliling sepuasnya untuk melihat proses pemetikan biji kopi sampai dengan pengolahan biji tersebut dipabrik. Biji kopi yang sudah diolah akan menjadi bubuk kopi yang sudah terkenal akan keharumannya ditambah dengan cita rasa yang terbaik dari secangkir kopi.
Tidak ingin lewat jalur utara? Kita bisa langsung mencoba jalur selatan. Yang artinya kita bisa memulainya dari Kota Banyuwangi. Dan kemudian melanjutkan perjalanan sampai Licin dan itu hanya berjarak 15 km dalam perjalanan.
Setelah beristirahat sebentar di Licin, kita bisa lanjutkan lagi menuju Paltuding dengan jarak 18 km. Dari Paltuding, cobalah mencari sewaan kendaraan yang berat seperti jeep, karena jalanan berikutnya ini akan sangat berkelok serta akan penuh dengan tanjakan. Terlebih jika jalanan tersebut baru saja disiram hujan. Lebih baik berhenti terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Setelah melalui perjalanan melalui salah satu dari ke-2 jalur tersebut, kita sudah pasti akan berhenti di Paltuding. Karena dari Paltuding ini, kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2-3 jam agar bisa sampai atas kaldera. Inilah lokasi yang paling dekat untuk bisa melihat sangat jelas penampakan Blue Fire yang hanya ada 2 di didunia ini.
Dari tempat inipun kita bisa meihat kawah yang berwarna hijau toska yang membuat wisatawan tidak berhenti ingin mengabadikannya melalui peralatan dokumentasinya.
Untuk sekedar informasi, agar bisa masuk kekawasan wisata Gunung Ijen, kita akan dikenakan biaya retribusi yaitu sebesar 5.000 rupiah untuk hari biasa dan 7.500 rupiah untuk hari libur. Sedangkan tarif yang sangat jauh berbeda jika yang masuk adalah turis asing. Mereka akan dikenakan retribusi sebesar 100.000 rupiah dihari biasa dan 150.000 rupiah dihari libur.
Yang sulit disini adalah tempat penginapan. Kawah Ijen bukanlah tempat wisata seperti Gunung Bromo yang banyak sekali hotel ataupun penginapan yang dibangun dikawasan sekitar Gunung Ijen tersebut. Artinya kamu harus mencari hotel ataupun penginapan tersebut dikota yang terdekat dari lokasi wisata ini.
Tapi jikapun terpaksa, kita bisa menyewa 1 buah kamar bersih nan sederhana di penginapan Perhutani. Untuk bisa tidur disini, kita hanya akan dikenakan tarif 150.000 untuk sewa 1 malam. Kitapun bisa membangun tenda kita di Gunung Ijen tersebut walaupun tetap dipungut biaya sebesar Rp. 15.000 untuk 1 tendanya permalam. Kemudian akan ada retribusi tambahan jika ada yang ingin melakukan pembuatan video komersil ataupun smapshot fillm komersial dimana akan dikenakan tarif sebesar Rp. 10.000.000.
Untuk yang membawa handycam pun akan dikenakan tarif sebesar Rp.1.000.000. Membawa kamera juga akan kena tarif retribusi sebesar Rp.250.000. Tapi semua biaya retribusi tersebut akan langsung menjadi gratis dengan catatan. Semua gratis bagi para peneliti-peneliti serta mahasiswa yang memang sedang meneliti kawasan tersebut. Pastinya untuk bisa memperkuat hal tersebut kita harus terlebih dahulu mengirim surat kepada pihak pengelola jauh-jauh sebelumnya.