Sebelum menjadi tempat rekreasi seperti sekarang, dulu alun-alun Kidul merupakan tempat latihan ketahanan bagi prajurit-prajurit Keraton. Namun cerita lain juga menyebutkan awal mula dibangunnya alun-alun ini agar halaman belakang Keraton juga tampak seperti halaman depan. Hal ini bertujuan agar Keraton seolah-olah tidak membelakangi pantai selatan yang dijaga oleh Nyi Roro Kidul.
Selain itu, yang menjadikan alun-alun Kidul begitu menarik perhatian pengunjung adalah, adanya tradisi masangin yang dilakukan di tempat ini. Aturan main masangin sangatlah simple, kamu hanya perlu berjalan diantara pohon beringin kembar yang ada di alun-alun dengan mata tertutup.
Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari pohon, tapi berjalan diantara celah keduanya tidaklah segampang kelihatannya. Banyak juga loh yang nyasar ke arah samping, atau yang paling parah sampai nyasar ke jalan alun-alun Kidul.
Konon katanya, berdasarkan mitos yang berkembang luas di masyarakat sekitar, siapa pun yang bisa berjalan dicelah 2 pohon beringin, berarti orang tersebut memiliki hati yang bersih dan lapang.
Bukan hanya itu saja, mitos lain juga mengatakan bahwa celah diantara pohon beringin itu merupakan gerbang menuju Laut Selatan yang merupakan daerah kekuasaan Nyi Roro Kidul. Tergantung kamu ya percaya atau enggaknya.
Tapi terlepas dari itu semua, alun-alun Kidul tetaplah menjadi tempat wisata yang menarik saat berkunjung ke Jogja. Selain indahnya gemerlap lampu di malam hari, disini kamu juga bisa bersantai sambil menikmati jajanan disekitar alun-alun.
Nah, buat kamu yang membawa si kecil, kamu juga bisa mencoba keliling alun-alun dengan menggunakan mobil gowes saat malam hari.
Untuk masuk ke kawasan ini, kamu tidak perlu membayar apa-apa karena alun-alun Kidul memang tempat terbuka untuk umum. Kamu hanya perlu membawa untuk bayar parkir dan makanan, serta menyewa beberapa wahana yang ada disana.